Total Kemacetan

Selasa, 12 April 2011

Kabar Baduy Dari Riksa Budaya Sunda 2011

(Tulisan ini copy paste dari penulisnya, semoga tergugah atas apa yg terjadi. Silahkan baca tentang masyarakat Kanekes/Baduy  terlebih dahulu)

by : Derry Hudaya

Dalam Riksa Budaya Sunda 2011 yang diselenggarakan di kampus UPI (4-9 April) oleh mahasiswa  dari Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah , saya bertemu dengan salah seorang warga Baduy yang berjualan kerajinan berupa iket, tas, gelang, kalung dsb. Produk tersebut menjadi sumber penghidupan selain dari hasil cocok-tanam, kalau saja bisa terjual dengan harga wajar. Sayangnya banyak pembeli yang terlihat sangat mengerti tentang arti dari produk kebudayaan (yang sering terdengar dari percakapannya), tapi tidak mampu mengaplikasikan. Hanya mau membeli dengan harga murah. barangkali karena penjualnya tidak punya nama atau gelar budayawan atau seniman? sehingga mereka menyamaratakan produk kebudayaan yang dijualnya dengan ikan asin peda atau es krim?

 

Kata orang Baduy yang tidak terlalu pintar dengan tekhnik jual-beli ala “modern”: Tidak apa-apa dibeli dengan harga murah juga. Yang beli kan masih sodara, masih orang Sunda. Kasihan mau pake gelang tapi tidak punya uang.”

 

Tidak heran kalau dia sering sekali gulung tikar. Hasil penujalannya habis oleh biaya produksi dan transfortasi.

 

 

Melalui beberapa gelas kopi dan rokok yang dinikmati bersama, saya bisa mendapatkan informasi bagaimana keadaan masyarakat Baduy sekarang.Mereka gelisah dan kebingungan. Sebabnya memang sangat klasik, diusik oleh pihak-pihak yang serlalu bicara lantang di televisi tentang kebudayaan yang harus dilindungi dan dijunjung tinggi ...... dan sebagainya lagi. Tapi di belakang layar mereka  menjadi anjing. Ya, anjing! Kalau bocah cilik masyarakat Sunda yang belum sekolah, menyebutnya “gogog”. Anjing itu, saat ini sedang menyantap Baduy seperti tulang.

 

Orang asing dari mancanegara yang sangat diharamkan memasuki wilayah Baduy, sering tidak diketahui kedatangannya. Tahu-tahu mereka sudah keluar dari Baduy Dalam  (wilayah Baduy yang hanya dihuni oleh para tetua kampung adat dan dianggap sebagai tempat suci). Warga baduy juga tidak mengetahui mereka bisa masuknya lewat mana. Mereka bisa pergi tanpa ada sangsi dari siapapun. Lalu aparat Banten bagaimana?  Menanggapi pertanyaan itu, dia hanya tersenyum.

 

Rahasia-rahasia masarakat Baduy yang memang sangat dirahasiakan, telah dibongkar dan dibukukan oleh anjing-anjing tadi. Buku itu telah disebar luaskan. Ironisnya lagi, masarakat Baduy yang tidak bisa membaca pun diberinya beberapa. Masarakat Baduy yang ahirnya tahu tentang isi buku tersebut, bisa apa lagi selain gelisah dan memaki  angin.

 

Setelah keadaan Baduy diketahui oleh anjing-anjing yang lebih senior, di sana didirikan pula tambang minyak yang tentunya menjadi kegelisahan baru yang tidak bisa terbayangkan lagi ketika saya mendengarnya.

 

Beberapa budayawan,seniman, serta mahasiswa (semuanya asli bukan hanya status) telah melakukan beberapa bentuk protes atas kejadian-kejadian tersebut. Hasilnya, menurut orang Baduy, semakin menggelisahkan karena tidak ada pencerahan sama sekali.

 

Ketika menulis catatan ini, saya masih mengingat bisikannya kemarin sore sebelum beliau pulang kembali ke Baduy: gera hudang ulah tiris bae, lawan ku seuneu, seuneu nu tiis. Gera tulungan, Baduy geus gareheng. Lain ku panas lain ku usum halodo..... Segeralah bangun jangan bersikap dingin, lawan oleh api, api yang dingin. Cepat tolong Baduy yang telah gosong. Bukan gosong karena panas musim kemarau.... 

 

 

12 April 2011 hutan di Baduy diledakan. Mungkin untuk mengambil minyaknya. Beberapa teman yang ada disana memberitahukan ini lewat sms yang sangat mesra. Sehingga tidak bisa memberikan informasi secara rinci. 

 

Mohon maaf kalau catatan ini tidak sesuai dengan kaidah penulisan yang benar. tapi saya sangat berharap informasi ini bisa menggugah hati pembaca untuk menuliskannya kembali dalam bentuk yang lebih baik untuk diinformasikan ke masarakat luas. Karena siapa tahu, hari ini baduy, dan beberapa waktu selanjutnya kampung kita sendiri yang akan dieksploitasi. Ahirnya melumpuhkan semua daerah.

2 komentar:

  1. jigana mah moal tiasa publish pami di media cetak mah :D, kumargi aya sbbrh alesan

    BalasHapus