Total Kemacetan

Kamis, 29 September 2011

Jumlah Harimau Sumatra tinggal 400 ekor!

Liputan6.com, Pekanbaru: Hutan tanaman industri memang menghasilkan uang, tapi aktivitas perambahan hutan mereka harganya amat sangat mahal. Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) masuk dalam harga itu, karena jumlahnya tinggal 400 saja di habitatnya.

"Semakin hari jumlahnya semakin sedikit, karena perambahan hutan itu. Perusahaan semata-mata hanya memikirkan nilai ekonomis, tanpa memikirkan dampak dan akibatnya ke depan" kata Koordinator Kampanye Hutan Greenpeace Rusmadya di Pekanbaru, Riau, Kamis (29/9).

Harimau bali (Panthera tigris balica) dan harimau jawa (Panthera tigris sondaica) telah punah sejak puluhan tahun lalu karena habitatnya sudah dirambah. Harimau bali--harimau terkecil tubuhnya--terakhir yang difoto terjadi pada 1938, itupun dalam keadaan mati. "Jadi kalau tempat tinggalnya setiap hari dihancurkan, mau ke mana lagi," ujar Rusmadya.

Jika terancam dan kekurangan binatang mangsa karena habitat asli rusak atau punah, harimau kelakuannya jadi ekstrim. Mereka masuk perkampungan penduduk dan menyerang manusia. Yang menjadi korban perambahan hutan oleh perusahaan HTI itu adalah masyarakat biasa.

"Akibat ulah perusahaan HTI yang tidak bertanggung jawab yang tidak memikirkan adat dan peraturan, yang menjadi korban masyarakat kita sendiri yang berkonflik dengan harimau," ungkapnya.

Karena itu, kata dia, hendaknya perusahaan hutan tanaman industri secepatnya menghentikan aktivitas perambahan liarnya, karena kalau masih diteruskan sangat buruk akibatnya. "Yang perlu diingat hutan merupakan sosok yang suci dan sakral menurut nenek moyang kita. Jadi jika kita merusak hutan sama halnya kita merusak adat dan kepercayaan nenek moyang kita yang dulu" kata Rusmadya.(ANS/Ant)

Minggu, 25 September 2011

Braga Festival 2011



Braga festival diselenggarakan 3 hari dari hari jumat (23-9-2011) sampai dengan hari minggu(25-9-2011) dan saya mendatangi bragafest pada hari sabtu sore.

Mengambil jalan masuk melalui permulaan jl.Braga, sebelah museum KAA (Konferensi Asia-Afrika) dan tentunya jalan sudah macet dan parkir sudah penuh yang berakibat harus menunggu dengan sabar mudah-mudahan ada yang pulang.



Pada Bragafest kali ini berharap bisa menemukan sesuatu yang unik, yang lain dari biasanya. Tapi,ternyata biasa-biasa saja (penilaian subjektif).
Setelah mengelilingi seluruh kawasan Bragafest (sepanjang jalan braga dan jl. cikapundung) dan memasuki museum KAA, akhirnya kita pulang lagi. Jadi kalau ditanya kesannya, saya akan jawab "Ya, begitulah"

Sabtu, 17 September 2011

Pelebaran Jalan

Di atas motor, lagi macet.

+ : kayanya bakal ada pelebaran jalan
-  : masa sih? daerah sini susah mau lebarin jalan...tuh... bangunan-bangunan juga udah pada mepet gitu.
+ : tuuh... (nunjuk ke sebrang jalan yang sudah ada galian)
-  : eeeh...beneran gitu? bukan, ah...paling galian kabel
+ : lihat aja ntar

(saat  motor melaju ternyata daerah bawah juga sudah mulai di congkel dan dibersihkan )

-  : jalan di lebarin...teruus... trotoar dan pohon hijau sepanjang jalan mau dikemanain? tambah gersang aja... tiap hari cuma menghisap asap
+ : (diam)
- : harusnya bukan jalan yang terus dilebarin, tapi memikirkan bagaimana mengurangi jumlah kendaraan yang terus meningkat sepanjang tahun (ngoceh sendiri)

Jumat, 16 September 2011

Cerpen Mini

gosong


tinggal satu lagi musuh yang harus dijatuhkan,tercium aroma tak sedap dari dapur.

ingus


anak kecil itu mencoba meraih dengan ujung lidahnya, sesuatu yang jatuh dari lubang hidungnya

cantik


+ :cantik yaa,Pa.. (memperlihatkan sebuah gaun)
- :iya,cantik sekali (memperhatikan pramuniaga)

minggat


anak :pokoknya kalau gak boleh pacaran sama Dodo, mending minggat deh
ibu :sudah punya bekal buat minggatnya?

Jumat, 24 Juni 2011

Selamat Jalan Sahabat

Mas Chandra (Echan) pertama kenal waktu ketemu mas Olie untuk kedua kalinya di hotel Sawunggaling, Bandung. Orangnya  ramah dan enak diajak ngobrol. Suka ngeledekin sekaligus memberi masukan. Dia menggeluti bidang fotografi, seseringnya fotoin model. Setelah pertemuan tersebut selanjutnya kontak lewat dunia maya saja lewat multiply.

Beberapa bulan berselang Mas Echan menulis di guestbook, setelah lama gak pernah komentar di salah satu postingan saya :
matajiwaku wrote on May 2, '10
fit lo ada facebook gak? add fb gue ya: echanphotographer@yahoo.com

Langsung saja saya add, dan ternyata mas Echan lebih exist di fb di banding mp dan juga Mas Echan yang dulu pertama kali bertemu masih berstatus single sekarang sudah berstatus married. Kabar yang membahagiakan.

Tapi, kabar yang mengejutkan baru tadi saya terima. Mas Echan yang selalu riang, selalu ramah dan jauh dari angkuh telah pergi untuk selamanya menyisakan kenangan bagi semua yang mengenalnya. Perkenalan kami begitu singkat, tapi sosok mas Echan bisa menjadi sahabat bagi kami.
Selamat jalan mas Edi Chandra (20 desember 1978 - 13 juni 2011) semoga bahagia disana.
.

Selasa, 21 Juni 2011

Sarapan Pagi Roti Sumbu

Dari minggu kemarin gak jadi-jadi mau posting ini, banyak gangguan sana sini termasuk sinkronisasi otak yang kadang-kadang tak sejalan :P.

Gara-gara dikasih lihat sama mbak Evia foto roti sumbu alias singkong goreng akhirnya jadi ngeces. Besoknya langsung deh  beli singkong ke pasar terus coba bikin yang kaya di foto, tentunya dengan sedikit tips dari mbak Evia. Maklum, jarang ngolah singkong (sebuah pembelaan, padahal gak bisa masak ..hehehe).

Singkong di potong-potong, di kukus terus di ungkeb semaleman pake bumbu ketumbar, garam, dan bawang putih. Terus di goreng, hasilnya kaya gini,nih.


Di makan hangat-hangat plus teh manis jadi sarapan pagi. Tapi, ternyata singkong goreng ini gak dilirik sama anak saya (tega banget nih, padahal emaknya cape-cape bikin). Akhirnya, sisa singkong yang belum di goreng saya coba potong kecil-kecil kaya keripik. Eh, dia doyan. Mungkin anak-anak lebih suka ukuran kecil kali ya :D.

Thx mbak Evia, akhirnya gara-gara lihat foto saya mau ngolah singkong...hehehehe

Sabtu, 11 Juni 2011

Penjara Banceuy-Sekarang

Setelah membaca buku "Wajah Bandung Tempo Dulu"-nya Haryanto Kunto, salah satu yang ingin saya lihat adalah bekas penjara Banceuy yang disebutkan dalam buku telah dihancurkan dan yang tertinggal hanya kamar tahanan no.5 bekas Bung Karno.

Akhirnya kesempatan itu datang dengan tidak disengaja, karena:
  1. Kebetulan waktu itu saya mengikuti pelatihan penulis/pengarang bahasa sunda di Jl. Naripan 9 (Gedung YPK-Yayasan Pusat Kebudayaan), yg posisinya dekat dengan jl. Braga & Banceuy
  2. Demi sebuah kata 'penghematan' (hemat ongkos), saya dan kawan jalan kaki melewati Jl. Banceuy ke arah Alun-alun Bandung, setelah pelatihan selesai.
    Saya mengutarakan niat  untuk melihat bekas penjara tersebut yang ternyata di-amini oleh kawan saya.

Saat tiba di komplek toko, saya melihat ada sebuah bangunan seperti penjara yang terletak dipinggir Jl. Banceuy (gambar di bawah ini). Langsung saja saya mengeluarkan kamera saku dan jeprat-jepret memotret, sambil bilang dengan yakinnya kepada kawan saya bahwa itulah sisa penjara Banceuy (sotoy mode : on).


Ternyata, kawan saya tidak percaya dengan apa yang saya katakan (maklum kawan saya ini sering dikibulin). Tanpa basa-basi dia langsung bertanya pada seorang Ibu penjual kaki lima. Dan, dengan suara keras Ibu tersebut berkata bahwa yang saya foto bukan penjara Banceuy. Karena penjara Banceuy berada di dalam komplek pertokoan. Arah lurus dari bangunan itu, kemudian belok kanan.

Malu? nggak dong ...masa malu. Saya bilang saja dengan santai  bahwa bangunan tersebut sepertinya bekas tempat penjaga, semacam pintu gerbang gitu. Kalau disebut hanya bangunan biasa, kenapa harus dipagar dengan rantai seperti itu (sebuah pembelaan...hehehe)


Nah, ini dia kamar tahanan bekas Bung Karno. kondisinya masih bagus, hanya didalamnya kurang perawatan (terdapat sampah) dan bekas coretan. Entah siapa pelakunya, mungkin sang pelaku belum bisa menghargai sejarah.


Di belakang kamar tahanan terdapat sebuah tugu atau entahlah, tidak ada keterangan tentang bangunan ini dan tidak ada sumber yang bisa ditanya (habis ga ada siapa-siapa, kecuali kami berdua).


Tulisan ini saya tulis juga di sini

Jumat, 20 Mei 2011

Nasionalisme

"kalau udh sukses diluar negri,knp kok mau pulang ke indo ya?*kl aku,ogah deh..(efek ntn kick andy)"
Itu adalah sebuah status dari seorang teman di facebook. Kemudian saya balas dengan singkat "klo rasa nasionalis-nya hilang, mungkin gak akan pernah pulang  &menjadi WNA :D"

Jujur saja saya gak setuju dengan pendapatnya, karena :

  1. Kondisi Indonesia sekarang memang kacau balau, dalam artian merosotnya kepercayaan kepada elite politik yang semakin menjadi-jadi dari hari ke hari.
  2. Merosotnya kepercayaan kepada elite politik dikarenakan banyak kasus yang tak terselesaikan, melonjaknya harga barang, meningkatnya pengangguran, perolehan pendapatan yang kadang tak seimbang dengan pengeluaran, dan masalah-masalah lainnya.
  3. Orang-orang Indonesia yang belajar ataupun bekerja di Luar Negeri biasanya bukan karena faktor benci dengan negaranya, tapi karena sebuah pilihan. Mungkin di negeri ini wadah untuk orang-orang pintar, yang kompeten, dan sebagainya belum tersedia. Sehingga saat ada tawaran untuk ke sana, dengan fasilitas yang menjanjikan, kenapa tidak? Tapi, saya yakin rasa nasionalisme mereka meskipun di negara asing tetap ada kecuali yang memang ingin pindah kewarganegaraan. 
Pernah membaca orang Indonesia(INA) yang terpaksa menjadi warga negara Rusia. Karena saat Beliau mengikuti pertukaran pelajar kesana (tahun 60an) terjadi kasus Gestapu di INA, suasana kacau, dan saat akan pulang ke INA passport beliau ditolak/tidak valid, dan akhirnya selama puluhan tahun tidak bisa pulang sehingga mau tidak mau Beliau harus menjadi WNA. Meskipun sekarang telah bergelar professor & sukses, tapi dalam hati kecilnya tetap merasa sedih karena tujuan mengikuti pertukaran pelajar tersebut ingin menyumbangkan ilmu demi membangun negeri ini.

Kesimpulannya, menurut saya, jika rasa nasionalisme terkikis, maka yang tertinggal hanya rasa egois

Rabu, 11 Mei 2011

Penjara Banceuy - sekarang

Setelah membaca buku "Wajah Bandung Tempo Dulu"-nya Haryanto Kunto, yang ingin saya lihat adalah bekas penjara Banceuy yang disebutkan dalam buku telah dihancurkan dan yang tertinggal hanya kamar tahanan no.5 bekas Bung Karno.

Akhirnya kesempatan itu datang dengan tidak disengaja karena saya dan kawan terpaksa harus jalan kaki melewati Banceuy dari arah Braga, demi sebuah kata 'penghematan'. Saya mengutarakan niat  untuk melihat bekas penjara tersebut yang ternyata di-amini oleh kawan saya.

Saat tiba di komplek toko, saya melihat ada sebuah bangunan seperti penjara yang terletak dipinggir Jl. Banceuy (gambar di bawah ini). Langsung saja saya mengeluarkan kamera saku dan jeprat-jepret memotret, sambil bilang dengan yakinnya kepada kawan saya bahwa itulah sisa penjara Banceuy.


Ternyata, kawan saya tidak percaya dengan apa yang saya katakan. Tanpa basa-basi dia langsung bertanya pada seorang Ibu penjual kaki lima. Dan, dengan suara keras Ibu tersebut berkata bahwa yang saya foto bukan penjara Banceuy. Karena penjara Banceuy berada di dalam komplek pertokoan. Arah lurus dari bangunan itu, kemudian belok kanan.

Malu? nggak dong ...masa malu. Saya bilang saja dengan santai  bahwa bangunan tersebut sepertinya bekas tempat penjaga, semacam pintu gerbang gitu. Kalau disebut hanya bangunan biasa, kenapa harus dipagar dengan rantai seperti itu (sebuah pembelaan...hehehe)


Nah, ini dia kamar tahanan bekas Bung Karno. kondisinya masih bagus, hanya didalamnya kurang perawatan (terdapat sampah) dan bekas coretan. Entah siapa pelakunya, mungkin sang pelaku belum bisa menghargai sejarah.





Di belakang kamar tahanan terdapat sebuah tugu atau entahlah, tidak ada keterangan tentang bangunan ini dan tidak ada sumber yang bisa ditanya.

Jumat, 29 April 2011

Yang Penting Ada Cabe

Beruntungnya berkenalan dengan orang Menado yang ramah, baik, juga cantik yang mau berbagi cerita tentang daerahnya. Sambil menikmati makan siang sayur asem yang dilengkapi lauk, ayam goreng, tahu goreng, dan pelengkapnya sambal dan kerupuk disebuah beranda rumah tua.
Pembicaraan di awali pujian terhadap rasa sambal khas sunda yang entah siapa yang membuatnya.

+ : Enak sekali sambalnya, makannya tadi banyak
-  : Wah...syukurlah...akhirnya menemukan juga rasa sambal yang pas
+ : Ya....padahal kalau jauh dari Menado...saya takut
-  : (mengeryit)
+ : Susah mencari makanan yang sesuai dengan lidah orang Menado karena orang Menado suka pedas
-  : Kan banyak makanan yang pedas
+ : Tidak sepedas di Menado
-  : O, ya?
+ : Disini pakai cabe yang besar-besar itu, kalau di sana pakai cabe rawit yang warnanya merah
-  : (langsung pikiran menuju cengek domba yang rasanya luar biasa pedas)
Padahal cabe besar juga pedas?
+ : Wah...buat orang Menado sih nggak, cuma cocok buat hiasan makanan saja. Soalnya, disana pakai cabe gak pernah sedikit, semua makanan harus ada cabe (cengek) yang di gigit
-  : (Langsung terbelalak membayangkan rasa makanan yang luar biasa pedas)
+ : Terus kalau disana...harga beras naik gak jadi masalah...yang penting harga cabe tetap murah
- : (tertawa lepas...masalahnya baru kali ini mendengar hal itu) yang penting cabe ya?
+: Iya...dan disana kalau mau menikah jangan pada bulan-bulan saat harga cabe mahal. misalnya saat hari raya..
- : Biaya membengkak ya?
+: Hehehe...iya


Senin, 25 April 2011

Obrolan Santai di Waktu Senggang (ver.3)

Lagi nonton video jadul tentang Weltevreden (Jakarta)

+  : Waaa....orang-orang dulu cinta kebersihan, ya? Lihat tuh jalan raya dibersihkan secara gotong royong. Meskipun gak hot mix tapi bersih dan rapi. Beda ya sama orang-orang sekarang yang suka buang sampah dimana saja, kadang dari mobil/motor pun main lempar saja...
-  : Bukan cinta kebersihan...tapi memang disuruh
+ : Eh? siapa yang nyuruh? (protes mode : on)
-  :Tuh, penjajah (maksudnya orang Belanda, dengan gaya lempeng)
+ : Masa sih?
-  : Dulu, yang punya ide rumah sehat siapa? ya ...orang Belanda. Nah, pribumi disuruh nyapu jalan biar bersih, gak boleh buang sampah sembarangan. orang Belanda jijik lah kalau tempatnya kotor... Pendapat aja sih (masih lempeng juga), tapi...itu juga hasil baca-baca buku (gak mau dibilang opini ngelantur)
+ : (garuk-garuk kepala) Iya, kali ya...

Melanjutkan nonton

+ : Pengaturan rumah pun beraturan, gak acak-acakan, gak asal mendirikan, terus gak mepet-mepet ke jalan raya lagi (maksudnya rumah gak nempel ke jalan raya) & penempatannya pun jelas
- : Iya,lah...dulu aturannya antara jalan dan batas rumah/tanah kurang lebih 5 meter
(nih, sotoy juga atau memang hasil reinkarnasi manusia tempo dulu)
+ : Bengong


Selasa, 12 April 2011

Kabar Baduy Dari Riksa Budaya Sunda 2011

(Tulisan ini copy paste dari penulisnya, semoga tergugah atas apa yg terjadi. Silahkan baca tentang masyarakat Kanekes/Baduy  terlebih dahulu)

by : Derry Hudaya

Dalam Riksa Budaya Sunda 2011 yang diselenggarakan di kampus UPI (4-9 April) oleh mahasiswa  dari Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah , saya bertemu dengan salah seorang warga Baduy yang berjualan kerajinan berupa iket, tas, gelang, kalung dsb. Produk tersebut menjadi sumber penghidupan selain dari hasil cocok-tanam, kalau saja bisa terjual dengan harga wajar. Sayangnya banyak pembeli yang terlihat sangat mengerti tentang arti dari produk kebudayaan (yang sering terdengar dari percakapannya), tapi tidak mampu mengaplikasikan. Hanya mau membeli dengan harga murah. barangkali karena penjualnya tidak punya nama atau gelar budayawan atau seniman? sehingga mereka menyamaratakan produk kebudayaan yang dijualnya dengan ikan asin peda atau es krim?

 

Kata orang Baduy yang tidak terlalu pintar dengan tekhnik jual-beli ala “modern”: Tidak apa-apa dibeli dengan harga murah juga. Yang beli kan masih sodara, masih orang Sunda. Kasihan mau pake gelang tapi tidak punya uang.”

 

Tidak heran kalau dia sering sekali gulung tikar. Hasil penujalannya habis oleh biaya produksi dan transfortasi.

 

 

Melalui beberapa gelas kopi dan rokok yang dinikmati bersama, saya bisa mendapatkan informasi bagaimana keadaan masyarakat Baduy sekarang.Mereka gelisah dan kebingungan. Sebabnya memang sangat klasik, diusik oleh pihak-pihak yang serlalu bicara lantang di televisi tentang kebudayaan yang harus dilindungi dan dijunjung tinggi ...... dan sebagainya lagi. Tapi di belakang layar mereka  menjadi anjing. Ya, anjing! Kalau bocah cilik masyarakat Sunda yang belum sekolah, menyebutnya “gogog”. Anjing itu, saat ini sedang menyantap Baduy seperti tulang.

 

Orang asing dari mancanegara yang sangat diharamkan memasuki wilayah Baduy, sering tidak diketahui kedatangannya. Tahu-tahu mereka sudah keluar dari Baduy Dalam  (wilayah Baduy yang hanya dihuni oleh para tetua kampung adat dan dianggap sebagai tempat suci). Warga baduy juga tidak mengetahui mereka bisa masuknya lewat mana. Mereka bisa pergi tanpa ada sangsi dari siapapun. Lalu aparat Banten bagaimana?  Menanggapi pertanyaan itu, dia hanya tersenyum.

 

Rahasia-rahasia masarakat Baduy yang memang sangat dirahasiakan, telah dibongkar dan dibukukan oleh anjing-anjing tadi. Buku itu telah disebar luaskan. Ironisnya lagi, masarakat Baduy yang tidak bisa membaca pun diberinya beberapa. Masarakat Baduy yang ahirnya tahu tentang isi buku tersebut, bisa apa lagi selain gelisah dan memaki  angin.

 

Setelah keadaan Baduy diketahui oleh anjing-anjing yang lebih senior, di sana didirikan pula tambang minyak yang tentunya menjadi kegelisahan baru yang tidak bisa terbayangkan lagi ketika saya mendengarnya.

 

Beberapa budayawan,seniman, serta mahasiswa (semuanya asli bukan hanya status) telah melakukan beberapa bentuk protes atas kejadian-kejadian tersebut. Hasilnya, menurut orang Baduy, semakin menggelisahkan karena tidak ada pencerahan sama sekali.

 

Ketika menulis catatan ini, saya masih mengingat bisikannya kemarin sore sebelum beliau pulang kembali ke Baduy: gera hudang ulah tiris bae, lawan ku seuneu, seuneu nu tiis. Gera tulungan, Baduy geus gareheng. Lain ku panas lain ku usum halodo..... Segeralah bangun jangan bersikap dingin, lawan oleh api, api yang dingin. Cepat tolong Baduy yang telah gosong. Bukan gosong karena panas musim kemarau.... 

 

 

12 April 2011 hutan di Baduy diledakan. Mungkin untuk mengambil minyaknya. Beberapa teman yang ada disana memberitahukan ini lewat sms yang sangat mesra. Sehingga tidak bisa memberikan informasi secara rinci. 

 

Mohon maaf kalau catatan ini tidak sesuai dengan kaidah penulisan yang benar. tapi saya sangat berharap informasi ini bisa menggugah hati pembaca untuk menuliskannya kembali dalam bentuk yang lebih baik untuk diinformasikan ke masarakat luas. Karena siapa tahu, hari ini baduy, dan beberapa waktu selanjutnya kampung kita sendiri yang akan dieksploitasi. Ahirnya melumpuhkan semua daerah.

Hutanku Sayang Hutanku Melayang

tdi siang, hutan di area baduy diledakan. dibom oleh "a***g"! baduy dieksploitasi secara bebbas. tapi kita tidak tahu, kan!?
media massa hari ini nulis berita apa ya? yang aku lihat di tv cuman ada buah dada artis yang tidak terlalu menarik.(copy paste status tetangga)
Membaca status teman yang mengutuk pengrusakan hutan di Baduy hari ini membuat saya menarik nafas dalam.
Seperti kita ketahui masalah pengrusakan hutan sepertinya hal yang sudah biasa didengar dan dilihat. Beritanya santer di koran ataupun televisi, tapi anehnya yang merusak hutan tidak berkurang.
Di sekolah-sekolah, ditempat kuliah, di organisasi-organisasi pecinta alam, sepertinya selalu di gembor-gemborkan manfaat hutan dan kerugiannya jika rusak. Tapi, itu hanya wacana, hutan terus mengikis.

Sedikit bercerita,
Waktu saya masih SD, Kakek bercerita, dulu gunung Cikaledong (di garut) gundul dan sering terjadi longsor. Kakek yang tinggal di kaki gunung tersebut pasti kena getahnya. Akhirnya, Kakek menggerakkan penduduk untuk menghijaukan gunung tersebut. Tiap hari kakek ke gunung sekedar menanami pepohonan, yang saya ingat kakek menanam pohon jati,mahoni, dan bambu. Akhirnya, gunung tersebut hijau.
Sekarang, setelah saya dewasa dan Kakek sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu ...Gunung Cikaledong ...sekarang...gundul...
Saya hanya bisa berkaca-kaca, perjuangan kakek saya dan masyarakat waktu itu dibayar dengan menebang. Ya...saya tidak bisa berbuat apa-apa selain menulis di blog, menceritakan yang terjadi.

Bagaimana dengan suku Baduy yang terkenal sangat menghormati alam, tidak menggunakan bahan-bahan kimia, anti teknologi, kemudian tiba-tiba hutan yang mereka hormati dan mereka rawat dihancurkan?

Selasa, 05 April 2011

Suria KLCC - Menara Kembar Penuh Pesona

Akhirnya...bisa juga  menatap twin tower dalam jarak dekat....
Awalnya saya kira twin tower ini seperti menara-menara biasa yang cuma bisa melihat atau menatap kota dalam ketinggian (maklum...katrok), ternyata dugaan saya salah karena didalam menara ini banyak sekali toko dari merk terkenal dan tentunya barang asli bukan aspal, salah satunya adalah Guci. Bagi mereka yang suka berbelanja, tentu ini menjadi surga berbelanja yang menyenangkan.



Saat memasuki suria KLCC, yang pertama saya kunjungi adalah tempat makannya. Maklum waktu itu sudah masuk jam makan siang (alesan). Setelah mengisi perut, saya turun lagi ke lantai dasar menuju halaman hanya untuk melihat air mancur yang membuat saya terkesan karena bentuknya yang  berubah-ubah setiap beberapa menit sekali dan membentuk sebuah simfoni, benar-benar menakjubkan. Di sekitar air mancur sangat bersih, bebas sampah, karena setiap pengunjung tidak membuang sampah sembarangan. Hal yang patut kita tiru!


Selanjutnya saya mengunjungi Aquaria, semacam sea world kalau di Indonesia. Disana terdapat eskalator (biar gak usah cape jalan) datar yang membawa kita mengelilingi lorong kaca yang tembus pandang ke laut. Melihat ikan hiu secara langsung dan berbagai biota laut lainnya membuat saya bengong untuk beberapa saat (wong desoo).

Ada lagi yang membuat kalap di KLCC, yaitu...toko buku Kinokuniya...mantaaapp...buku-bukunya bagus-bagus...dan juga mahal (dibaca dengan intonasi yang makin rendah), maklum ... buku impor. Di kinokuniya kita bisa dengan bebas mencari buku yang kita mau melalui fasilitas search engine yang disediakan di situ, lengkap dengan peta/lokasi dimana buku tersebut berada. jadi, gak perlu repot tanya sama pegawai disana.

Seharian keliling di KLCC sepertinya baru bisa merasa puas, kemarin hanya setengah hari saja, tidak sempat ke science center dan kawan-kawan. Maybe next time, hope so :-)

Jumat, 18 Maret 2011

Kebun Binatang Bandung

"Masa sih ke kebun binatang?".
"Kaya anak kecil saja".
"Mau mengunjungi saudara tua, ya?"....

Kata-kata itu yang biasanya terlontar saat ajakan ke kebun binatang. Kalau yang punya anak sih gak masalah ke kebun binatang, anak nya senang orang tuapun ikut riang. Selainnya itu, kalau gak ada alasan khusus (menulis laporan, pacaran...ups,nongkrong,iseng, dll) sepertinya malas mengunjungi tempat wisata ini.

Kebun binatang Bandung terletak di Jl. Tamansari (bersebrangan dengan kampus ITB), biasanya dikenal dengan nama Derenten. Untuk masuk ke sini cukup merogoh saku Rp 11.000 saja, murah kan?

Saat memasuki pintu masuk, sudah berdiri penjaga pemeriksa karcis yang gagah dan ramah dengan menggunakan seragam dan berdasi. Kemudian kita akan disambut oleh sekelompok rusa bawean, zebra, kuda, dan sebagainya (maaf  nama binatang tidak dapat saya sebut satu persatu dikarenakan memori yang terbatas).

Rimbunnya pepohonan membuat kita nyaman berjalan-jalan menyusuri setiap kandang binatang, tapi menjadi tidak nyaman saat kita mencium bau kotoran hewan.

Setelah sekian lama tidak kesini, ternyata kebun binatang Bandung mengalami renovasi yang cukup besar. Ada sebuah panggung terbuka didirikan, beberapa kandang yang dipindah (jangan tanyakan saya kandang apakah itu), dan WC (ini fasilitas penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak).

Beberapa hewan langka masih sempat saya saksikan seperti harimau Sumatera, Elang Jawa, Kus-kus, Merak, Orang Utan, Rusa Bawean, Kakatua, Buaya Muara,Kancil, Banteng, dll.  Entah...binatang-binatang langka tersebut masih bisa dilihat oleh generasi selanjutnya. Apakah generasi selanjutnya peduli dengan populasi mereka yang semakin tergeser oleh pemukiman.


Jadi, gak ada salahnya kan ke kebun binatang ... untuk menambah wawasan kita tentang jenis-jenis fauna dan juga bisa tahu yang mana hewan langka dengan status rawan, terancam, dan punah sehingga kita bisa lebih cermat dalam memilih hewan peliharaan dengan kata lain tidak memelihara satwa yang dilindungi UU.

Gambaru

Sebuah cerita yang membangun semangat, memberikan motivasi...semoga :-)

Dari milis tetangga - semoga berkenan 

========================

*Japanese philosophy of Gambaru - sharing dari seorang anak Indonesia yg study di Jepang**

GAMBARU!

Oleh Rouli Esther Pasaribu pada 14 Maret 2011 jam 12:02

Terus terang aja, satu kata yang bener2 bikin muak jiwa raga setelah tiba diJepang dua tahun lalu adalah : GAMBARU alias berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan. 

Muak abis, sumpah, karena tiap kali bimbingan sama prof, kata-kata penutup selalu : motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi), taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau ini sulit, tapi ayo berjuang bersama-sama), motto motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin penelitian lebih dan lebih lagi). 

Sampai gw rasanya pingin ngomong, apa ngga ada kosa kata lain selain GAMBARU? Apaan kek gitu, yang penting bukan gambaru.Gambaru itu bukan hanya sekadar berjuang2 cemen gitu2 aja yang kalo males atau ada banyak rintangan, ya udahlah ya...berhenti aja. 

Menurut kamus bahasa jepang sih, gambaru itu artinya : "doko made mo nintai shite doryokusuru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha abis-abisan). 

Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan "mengencangkan". Jadi image yang bisa didapat dari paduan karakter ini adalah "mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan terus mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan itu". 

(maksudnya jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah kewajaran dalam hidup, namanya hidup emang pada dasarnya susah, jadi jangan ngarep gampang, persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.).

Terus terang aja, dua tahun gw di jepang, dua tahun juga gw ngga ngerti,kenapa orang2 jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya. 

Bahkan anak umur 3 tahun kayak Joanna pun udah disuruh gambaru disekolahnya, kayak pake baju di musim dingin mesti yang tipis2 biar nggak manja terhadap cuaca dingin, di dalam sekolah ngga boleh pakai kaos kaki karena kalo telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan, sakit2 dikit cuma ingus meler2 atau demam 37 derajat mah ngga usah bolos sekolah, tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia relawan penyakitnya itu sendiri. 
Akibatnya, kalo naik sepeda di tanjakan sambil bonceng Joanna, dan gw ngos2an kecapean, otomatis Joanna ngomong : Mama, gambare! Mama faitoooo! (mama ayo berjuang, mama ayo fight!).
Pokoknya jangan manja sama masalah deh, gambaru sampe titik darah penghabisan it's a must! 

Gw bener2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting banget dalam hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di jepang bagian timur. 

Gw tau, bencana alam di indonesia seperti tsunami di Aceh, Nias dan sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung Merapi....juga bukanlah hal yang gampang untuk dihadapi. 

Tapi , tsunami dan gempa bumi di Jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia. 

Wajaaaaaaar banget kalo kemudian pemerintah dan masyarakat Jepang panik kebingungan karena bencana ini. Wajaaaaar banget kalo mereka kemudian mulai ngerasa galau, nangis2, ga tau mesti ngapain. 

Bahkan untuk skala bencana sebesar ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik latar ala lagu-lagu ebiet dan membuat video klip tangisan anak negeri yang berisi wajah-wajah korban bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak punya harapan. bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu habis seluruh kehidupan yang mereka miliki. 

Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan.
Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini? Dari hari pertama bencana, gw nyetel TV dan nungguin lagu-lagu ala Ebiet diputar di stasiunTV. Nyari-nyari juga di mana rekening dompet bencana alam. 

Video klip tangisan anak negeri juga gw tunggu2in. Tiga unsur itu (lagu ala Ebiet, rekening dompet bencana, video klip tangisan anak negeri), sama sekali ngga disiarkan di TV. Jadi yang ada apaan dong? Ini yang gw lihat di stasiun2 TV :

1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada
2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu menghadapi bencana (termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di wilayah tokyo dan tohoku ngga lama-lama terkena mati lampu)
3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan pemadamanlistrik terencana
4. Tips-tips menghadapi bencana alam
5. Nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam
6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yangterkena bencana
7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yangterkena bencana (sumpah sigap banget, nyawa di jepang benar-benar bernilai banget harganya)
8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi (government official pake kata norikoeru, yang kalo diterjemahkan secara harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati
9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati : 
*ada yang nyari istrinya, belum ketemu2, mukanya udah galau banget, tapi tetap tenang dan ngga emosional, disemangati nenek2 yang ada di tempat pengungsian: gambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah)

*Tulisan di twitter : ini gempa terbesar sepanjang sejarah. Karena itu, kita mesti memberikan usaha dan cinta terbesar untuk dapat melewati bencana ini;

Gelap sekali di Sendai, lalu ada satu titik bintang terlihat terang. Itu bintang yang sangat indah. Warga Sendai, lihatlah ke atas.

Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala gambaru kayak gini, gw bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan : kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang. 

Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuatbaja, karena : falsafah gambaru-nya itu. 

Bisa dibilang, orang-orang jepang ini ngga punya apa-apa selain GAMBARU. Dan, gambaru udah lebih dari cukupu ntuk menghadapi segala persoalan dalam hidup. 

Bener banget, kita mesti berdoa, kita mesti pasrah sama Tuhan. Hanya, mental yang apa-apa "nyalahin" Tuhan, bilang2 ini semua kehendak-Nya, Tuhan marahpada umat-Nya, Tuhan marah melalui alam maka tanyalah pada rumput yang bergoyang.....

I guarantee you 100 percent, selama masih mental ini yang berdiam di dalam diri kita, sampai kiamat sekalipun, gw rasa bangsa kita ngga akan bisa maju.Kalau ditilik lebih jauh, "menyalahkan" Tuhan atas semua bencana danpersoalan hidup, sebenarnya adalah kata lain dari ngga berani bertanggungjawab terhadap hidup yang dianugerahkan Sang Pemilik Hidup. 

Jika diperjelas lagi, ngga berani bertanggungjawab itu maksudnya : lari dari masalah, ngga mau ngadepin masalah, main salah2an, ngga mau berjuang dan baru ketemu sedikit rintangan aja udah nangis manja.

Kira-kira setahun yang lalu, ada sanak keluarga yang mempertanyakan, untuk apa gw menuntut ilmu di Jepang. Ngapain ke Jepang, ngga ada gunanya, kalo mau S2 atau S3 mah, ya di Eropa atau Amerika sekalian, kalo di Jepang mah nanggung. 

Begitulah kata beliau. Sempat terpikir juga akan perkataannya itu, iya ya, kalo mau go international ya mestinya ke amrik atau eropa sekalian, bukannya jepang ini. Toh sama-sama Asia, negeri kecil pula dan kalo ga bisa bahasa Jepang, ngga akan bisa survive di sini. 

Sampai sempat nyesal juga, kenapa gw ngedaleminnya sastra jepang dan bukan sastra inggris atau sastra barat lainnya.Tapi sekarang, gw bisa bilang dengan yakin sama sanak keluarga yang menyatakan ngga ada gunanya gw nuntut ilmu di jepang. Pernyataan beliau adalah salah sepenuhnya. 

Mental gambaru itu yang paling megang adalah jepang. Dan menjadikan mental gambaru sebagai way of life adalah lebih berharga daripada go international dan sejenisnya itu. Benar, sastra jepang, gender dan sejenisnya itu, bisa dipelajari di mana saja. 

Tapi, semangat juang dan mental untuk tetap berjuang abis-abisan biar udah ngga ada jalan,gw rasa, salah satu tempat yang ideal untuk memahami semua itu adalah dijepang. Dan gw bersyukur ada di sini, saat ini. Maka, mulai hari ini, jika gw mendengar kata gambaru, entah di kampus, dimall, di iklan-iklan TV, di supermarket, di sekolahnya Joanna atau di manapun itu, gw tidak akan lagi merasa muak jiwa raga. 

Sebaliknya, gw akan berucap dengan rendah hati : Indonesia jin no watashi nigambaru no seishin to imi wo oshietekudasatte, kokoro kara kanshaitashimasu. Nihon jin no minasan no yoo ni, gambaru seishin wo mi nitsukeraremasu yoo ni, hibi gambatteikitai to omoimasu. 

(Saya ucapkan terimakasih dari dasar hati saya karena telah mengajarkan arti dan mental gambaru bagi saya, seorang Indonesia. Saya akan berjuang tiap hari, agar mental gambaru merasuk dalam diri saya, seperti kalian semuanya, orang-orang Jepang).

Say YES to GAMBARU!

Senin, 14 Maret 2011

Batu Cave, Pesona Sebuah Gua

Batu Cave sebuah tempat beribadah bagi umat Hindu yang terletak di Selangor, Malaysia. Yang menjadi ciri khas tempat wisata ini adalah sebuah patung dewa Murugan berukuran raksasa  yang tingginya sekitar 43 meter. Nama Batu Cave berasal dari nama Sungai Batu yang mengalir melalui bukit pada masa lalu. Batu Cave juga merupakan nama desa terdekat.



Saat memasuki kawasan Batu Cave akan tercium bau dupa yang menyengat (namanya juga tempat ibadah Hindu). Bagi yang hidungnya sensitif bau tersebut membuat gak nyaman, tapi bagi saya aman-aman saja, karena sudah di switch to automatic smell. Kemudian kedatangan kita akan disambut oleh merpati yang berkeliaran bebas, demikian juga kotorannya.

Di belakang patung terdapat 272 anak tangga yang menuju kuil-kuil di dalam gua. Saya tidak sempat melihat kedalam gua karena cuaca mendadak mendung sehingga harus segera turun karena sudah dipanggil rombongan (nyali ciut saat rombongan memanggil, serem juga ditinggal rombongan). Di tangga ini juga banyak monyet berkeliaran, tentunya itu bukan nenek moyang saya, yang mengakui monyet sebagai nenek moyang kan cuma Darwin dan pengikutnya.


 
Katanya, orang Hindu yang keinginannya mau terkabul harus turun-naik tangga ini sambil membawa beban di kepalanya (lupa...harus bawa apa ya... *jedotin kepala*).

Sabtu, 12 Maret 2011

Mari ke Gasibu !

Hari minggu, pengen jalan-jalan, tapi gak mau ke mall  maunya ke taman, tapi taman apa, masa taman kanak-kanak, ya sudah  ke Gasibu saja.
Ke Gasibu harus pagi-pagi, itung-itung sambil jemur badan, klo kesiangan ntar kaya cacing kepanasan. Lain lagi ceritanya klo mendung.

Kegiatan yang bisa dilakukan di Gasibu : belanja murah, makan-makan, lihat orang jualan binatang (ular, kelinci, burung puyuh, marmut dsb)  lumayan dari pada ke kebun binatang, ngajak main anak-anak (mis. odong-odong).
Jadi ternyata di Gasibu itu jalan-jalan 3 in 1 ...makan, belanja, dan ngasuh anak  dengan biaya murah meriah. Satu tambahan lagi yaitu untuk pengenalan sejarah pada anak-anak karena sebrangnya kan ada gedung sate (dengan catatan ibu/bapak/kakaknya harus tahu dulu sejarah gedung sate biar terlihat keren di mata anak/adik kita).
Selamat jalan-jalan!

Jumat, 11 Maret 2011

Mendung di Pangandaran

Waktu itu awal agustus 2010, sepertinya saat yang tidak tepat datang ke Pangandaran (Ciamis,Jawa Barat) karena angin bertiup sangat kencang. Cuaca pun seakan tak bersahabat, awan mendung seakan tak mau pindah ke tempat lain. Alhasil, tak ada sunset ataupun sunrise yg dapat diabadikan.


Tapi, para pengujung sepertinya tidak terpengaruh dengan cuaca tersebut. Buktinya, saat pagi gerimis mereka tetap berjalan-jalan menyusuri pantai, berbelanja oleh-oleh dan aktivitas lainnya sambil menunggu hujan reda untuk bermain air laut di pantai Barat.


Padahal pantai Barat ini terkenal ombaknya yang besar dan sedikit ganas dibandingkan dengan pantai Timur :D. Tapi, yang namanya main ombak tidak mengenal kata itu apalagi usia remaja yang semangat-semangatnya eksplorasi uji nyali.

Jumat, 04 Maret 2011

Jumat, 14 Januari 2011

Antara Apple dan Apel

 Obrolan ngalor ngidul saat di messenger

A : Pengen banget punya laptop tipis yang ada gambar apel digigit
B : Daripada yang udah digigit mending yang utuh
A : Kalau yang utuh processornya kaya gini, nih *sambil nunjukin blender*
B : =)) *dezigh*


Selasa, 04 Januari 2011

Kalah-Menang

Pagi menjelang siang  saya ajak anak jalan-jalan sambil mengukur jalan. Seperti biasa, seperti ditarik magnet, Najmi (anak saya) selalu mampir ke halaman mesjid yang kebetulan hari itu ramai oleh anak-anak yang baru pulang ngaji mengisi liburan dan ada juga anak-anak yang tidak ikut ngaji (mungkin mereka punya kesibukan lain). Mereka bermain sepakbola dan anak perempuan sebagai penontonnya

Najmi langsung berlonjak kegirangan, ikut berpartisipasi bermain bola (padahal yang main bola anak2 usia SD, sedangkan dia baru 2 tahun). Karena susah mendapatkan bola, akhirnya Najmi ikut duduk dipinggir bersama anak perempuan.

Setelah permainan selesai, ternyata pihak yang kalah tidak menerima kekalahannya akhirnya terjadi adu mulut yang ujung-ujungnya mengajak berkelahi.

Saya hanya mengeluarkan satu kalimat "Hey, jangan berkelahi!"

Saya langsung berpikir, laaah...masih kecil saja  tidak bisa main sportif apalagi sudah besar. Atau memang itu trend-nya sekarang ya...lieur,ah