Total Kemacetan

Jumat, 18 Maret 2011

Kebun Binatang Bandung

"Masa sih ke kebun binatang?".
"Kaya anak kecil saja".
"Mau mengunjungi saudara tua, ya?"....

Kata-kata itu yang biasanya terlontar saat ajakan ke kebun binatang. Kalau yang punya anak sih gak masalah ke kebun binatang, anak nya senang orang tuapun ikut riang. Selainnya itu, kalau gak ada alasan khusus (menulis laporan, pacaran...ups,nongkrong,iseng, dll) sepertinya malas mengunjungi tempat wisata ini.

Kebun binatang Bandung terletak di Jl. Tamansari (bersebrangan dengan kampus ITB), biasanya dikenal dengan nama Derenten. Untuk masuk ke sini cukup merogoh saku Rp 11.000 saja, murah kan?

Saat memasuki pintu masuk, sudah berdiri penjaga pemeriksa karcis yang gagah dan ramah dengan menggunakan seragam dan berdasi. Kemudian kita akan disambut oleh sekelompok rusa bawean, zebra, kuda, dan sebagainya (maaf  nama binatang tidak dapat saya sebut satu persatu dikarenakan memori yang terbatas).

Rimbunnya pepohonan membuat kita nyaman berjalan-jalan menyusuri setiap kandang binatang, tapi menjadi tidak nyaman saat kita mencium bau kotoran hewan.

Setelah sekian lama tidak kesini, ternyata kebun binatang Bandung mengalami renovasi yang cukup besar. Ada sebuah panggung terbuka didirikan, beberapa kandang yang dipindah (jangan tanyakan saya kandang apakah itu), dan WC (ini fasilitas penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak).

Beberapa hewan langka masih sempat saya saksikan seperti harimau Sumatera, Elang Jawa, Kus-kus, Merak, Orang Utan, Rusa Bawean, Kakatua, Buaya Muara,Kancil, Banteng, dll.  Entah...binatang-binatang langka tersebut masih bisa dilihat oleh generasi selanjutnya. Apakah generasi selanjutnya peduli dengan populasi mereka yang semakin tergeser oleh pemukiman.


Jadi, gak ada salahnya kan ke kebun binatang ... untuk menambah wawasan kita tentang jenis-jenis fauna dan juga bisa tahu yang mana hewan langka dengan status rawan, terancam, dan punah sehingga kita bisa lebih cermat dalam memilih hewan peliharaan dengan kata lain tidak memelihara satwa yang dilindungi UU.

Gambaru

Sebuah cerita yang membangun semangat, memberikan motivasi...semoga :-)

Dari milis tetangga - semoga berkenan 

========================

*Japanese philosophy of Gambaru - sharing dari seorang anak Indonesia yg study di Jepang**

GAMBARU!

Oleh Rouli Esther Pasaribu pada 14 Maret 2011 jam 12:02

Terus terang aja, satu kata yang bener2 bikin muak jiwa raga setelah tiba diJepang dua tahun lalu adalah : GAMBARU alias berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan. 

Muak abis, sumpah, karena tiap kali bimbingan sama prof, kata-kata penutup selalu : motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi), taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau ini sulit, tapi ayo berjuang bersama-sama), motto motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin penelitian lebih dan lebih lagi). 

Sampai gw rasanya pingin ngomong, apa ngga ada kosa kata lain selain GAMBARU? Apaan kek gitu, yang penting bukan gambaru.Gambaru itu bukan hanya sekadar berjuang2 cemen gitu2 aja yang kalo males atau ada banyak rintangan, ya udahlah ya...berhenti aja. 

Menurut kamus bahasa jepang sih, gambaru itu artinya : "doko made mo nintai shite doryokusuru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha abis-abisan). 

Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan "mengencangkan". Jadi image yang bisa didapat dari paduan karakter ini adalah "mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan terus mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan itu". 

(maksudnya jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah kewajaran dalam hidup, namanya hidup emang pada dasarnya susah, jadi jangan ngarep gampang, persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.).

Terus terang aja, dua tahun gw di jepang, dua tahun juga gw ngga ngerti,kenapa orang2 jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya. 

Bahkan anak umur 3 tahun kayak Joanna pun udah disuruh gambaru disekolahnya, kayak pake baju di musim dingin mesti yang tipis2 biar nggak manja terhadap cuaca dingin, di dalam sekolah ngga boleh pakai kaos kaki karena kalo telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan, sakit2 dikit cuma ingus meler2 atau demam 37 derajat mah ngga usah bolos sekolah, tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia relawan penyakitnya itu sendiri. 
Akibatnya, kalo naik sepeda di tanjakan sambil bonceng Joanna, dan gw ngos2an kecapean, otomatis Joanna ngomong : Mama, gambare! Mama faitoooo! (mama ayo berjuang, mama ayo fight!).
Pokoknya jangan manja sama masalah deh, gambaru sampe titik darah penghabisan it's a must! 

Gw bener2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting banget dalam hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di jepang bagian timur. 

Gw tau, bencana alam di indonesia seperti tsunami di Aceh, Nias dan sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung Merapi....juga bukanlah hal yang gampang untuk dihadapi. 

Tapi , tsunami dan gempa bumi di Jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia. 

Wajaaaaaaar banget kalo kemudian pemerintah dan masyarakat Jepang panik kebingungan karena bencana ini. Wajaaaaar banget kalo mereka kemudian mulai ngerasa galau, nangis2, ga tau mesti ngapain. 

Bahkan untuk skala bencana sebesar ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik latar ala lagu-lagu ebiet dan membuat video klip tangisan anak negeri yang berisi wajah-wajah korban bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak punya harapan. bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu habis seluruh kehidupan yang mereka miliki. 

Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan.
Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini? Dari hari pertama bencana, gw nyetel TV dan nungguin lagu-lagu ala Ebiet diputar di stasiunTV. Nyari-nyari juga di mana rekening dompet bencana alam. 

Video klip tangisan anak negeri juga gw tunggu2in. Tiga unsur itu (lagu ala Ebiet, rekening dompet bencana, video klip tangisan anak negeri), sama sekali ngga disiarkan di TV. Jadi yang ada apaan dong? Ini yang gw lihat di stasiun2 TV :

1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada
2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu menghadapi bencana (termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di wilayah tokyo dan tohoku ngga lama-lama terkena mati lampu)
3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan pemadamanlistrik terencana
4. Tips-tips menghadapi bencana alam
5. Nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam
6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yangterkena bencana
7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga yangterkena bencana (sumpah sigap banget, nyawa di jepang benar-benar bernilai banget harganya)
8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi (government official pake kata norikoeru, yang kalo diterjemahkan secara harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati
9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati : 
*ada yang nyari istrinya, belum ketemu2, mukanya udah galau banget, tapi tetap tenang dan ngga emosional, disemangati nenek2 yang ada di tempat pengungsian: gambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah)

*Tulisan di twitter : ini gempa terbesar sepanjang sejarah. Karena itu, kita mesti memberikan usaha dan cinta terbesar untuk dapat melewati bencana ini;

Gelap sekali di Sendai, lalu ada satu titik bintang terlihat terang. Itu bintang yang sangat indah. Warga Sendai, lihatlah ke atas.

Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala gambaru kayak gini, gw bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan : kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang. 

Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuatbaja, karena : falsafah gambaru-nya itu. 

Bisa dibilang, orang-orang jepang ini ngga punya apa-apa selain GAMBARU. Dan, gambaru udah lebih dari cukupu ntuk menghadapi segala persoalan dalam hidup. 

Bener banget, kita mesti berdoa, kita mesti pasrah sama Tuhan. Hanya, mental yang apa-apa "nyalahin" Tuhan, bilang2 ini semua kehendak-Nya, Tuhan marahpada umat-Nya, Tuhan marah melalui alam maka tanyalah pada rumput yang bergoyang.....

I guarantee you 100 percent, selama masih mental ini yang berdiam di dalam diri kita, sampai kiamat sekalipun, gw rasa bangsa kita ngga akan bisa maju.Kalau ditilik lebih jauh, "menyalahkan" Tuhan atas semua bencana danpersoalan hidup, sebenarnya adalah kata lain dari ngga berani bertanggungjawab terhadap hidup yang dianugerahkan Sang Pemilik Hidup. 

Jika diperjelas lagi, ngga berani bertanggungjawab itu maksudnya : lari dari masalah, ngga mau ngadepin masalah, main salah2an, ngga mau berjuang dan baru ketemu sedikit rintangan aja udah nangis manja.

Kira-kira setahun yang lalu, ada sanak keluarga yang mempertanyakan, untuk apa gw menuntut ilmu di Jepang. Ngapain ke Jepang, ngga ada gunanya, kalo mau S2 atau S3 mah, ya di Eropa atau Amerika sekalian, kalo di Jepang mah nanggung. 

Begitulah kata beliau. Sempat terpikir juga akan perkataannya itu, iya ya, kalo mau go international ya mestinya ke amrik atau eropa sekalian, bukannya jepang ini. Toh sama-sama Asia, negeri kecil pula dan kalo ga bisa bahasa Jepang, ngga akan bisa survive di sini. 

Sampai sempat nyesal juga, kenapa gw ngedaleminnya sastra jepang dan bukan sastra inggris atau sastra barat lainnya.Tapi sekarang, gw bisa bilang dengan yakin sama sanak keluarga yang menyatakan ngga ada gunanya gw nuntut ilmu di jepang. Pernyataan beliau adalah salah sepenuhnya. 

Mental gambaru itu yang paling megang adalah jepang. Dan menjadikan mental gambaru sebagai way of life adalah lebih berharga daripada go international dan sejenisnya itu. Benar, sastra jepang, gender dan sejenisnya itu, bisa dipelajari di mana saja. 

Tapi, semangat juang dan mental untuk tetap berjuang abis-abisan biar udah ngga ada jalan,gw rasa, salah satu tempat yang ideal untuk memahami semua itu adalah dijepang. Dan gw bersyukur ada di sini, saat ini. Maka, mulai hari ini, jika gw mendengar kata gambaru, entah di kampus, dimall, di iklan-iklan TV, di supermarket, di sekolahnya Joanna atau di manapun itu, gw tidak akan lagi merasa muak jiwa raga. 

Sebaliknya, gw akan berucap dengan rendah hati : Indonesia jin no watashi nigambaru no seishin to imi wo oshietekudasatte, kokoro kara kanshaitashimasu. Nihon jin no minasan no yoo ni, gambaru seishin wo mi nitsukeraremasu yoo ni, hibi gambatteikitai to omoimasu. 

(Saya ucapkan terimakasih dari dasar hati saya karena telah mengajarkan arti dan mental gambaru bagi saya, seorang Indonesia. Saya akan berjuang tiap hari, agar mental gambaru merasuk dalam diri saya, seperti kalian semuanya, orang-orang Jepang).

Say YES to GAMBARU!

Senin, 14 Maret 2011

Batu Cave, Pesona Sebuah Gua

Batu Cave sebuah tempat beribadah bagi umat Hindu yang terletak di Selangor, Malaysia. Yang menjadi ciri khas tempat wisata ini adalah sebuah patung dewa Murugan berukuran raksasa  yang tingginya sekitar 43 meter. Nama Batu Cave berasal dari nama Sungai Batu yang mengalir melalui bukit pada masa lalu. Batu Cave juga merupakan nama desa terdekat.



Saat memasuki kawasan Batu Cave akan tercium bau dupa yang menyengat (namanya juga tempat ibadah Hindu). Bagi yang hidungnya sensitif bau tersebut membuat gak nyaman, tapi bagi saya aman-aman saja, karena sudah di switch to automatic smell. Kemudian kedatangan kita akan disambut oleh merpati yang berkeliaran bebas, demikian juga kotorannya.

Di belakang patung terdapat 272 anak tangga yang menuju kuil-kuil di dalam gua. Saya tidak sempat melihat kedalam gua karena cuaca mendadak mendung sehingga harus segera turun karena sudah dipanggil rombongan (nyali ciut saat rombongan memanggil, serem juga ditinggal rombongan). Di tangga ini juga banyak monyet berkeliaran, tentunya itu bukan nenek moyang saya, yang mengakui monyet sebagai nenek moyang kan cuma Darwin dan pengikutnya.


 
Katanya, orang Hindu yang keinginannya mau terkabul harus turun-naik tangga ini sambil membawa beban di kepalanya (lupa...harus bawa apa ya... *jedotin kepala*).

Sabtu, 12 Maret 2011

Mari ke Gasibu !

Hari minggu, pengen jalan-jalan, tapi gak mau ke mall  maunya ke taman, tapi taman apa, masa taman kanak-kanak, ya sudah  ke Gasibu saja.
Ke Gasibu harus pagi-pagi, itung-itung sambil jemur badan, klo kesiangan ntar kaya cacing kepanasan. Lain lagi ceritanya klo mendung.

Kegiatan yang bisa dilakukan di Gasibu : belanja murah, makan-makan, lihat orang jualan binatang (ular, kelinci, burung puyuh, marmut dsb)  lumayan dari pada ke kebun binatang, ngajak main anak-anak (mis. odong-odong).
Jadi ternyata di Gasibu itu jalan-jalan 3 in 1 ...makan, belanja, dan ngasuh anak  dengan biaya murah meriah. Satu tambahan lagi yaitu untuk pengenalan sejarah pada anak-anak karena sebrangnya kan ada gedung sate (dengan catatan ibu/bapak/kakaknya harus tahu dulu sejarah gedung sate biar terlihat keren di mata anak/adik kita).
Selamat jalan-jalan!

Jumat, 11 Maret 2011

Mendung di Pangandaran

Waktu itu awal agustus 2010, sepertinya saat yang tidak tepat datang ke Pangandaran (Ciamis,Jawa Barat) karena angin bertiup sangat kencang. Cuaca pun seakan tak bersahabat, awan mendung seakan tak mau pindah ke tempat lain. Alhasil, tak ada sunset ataupun sunrise yg dapat diabadikan.


Tapi, para pengujung sepertinya tidak terpengaruh dengan cuaca tersebut. Buktinya, saat pagi gerimis mereka tetap berjalan-jalan menyusuri pantai, berbelanja oleh-oleh dan aktivitas lainnya sambil menunggu hujan reda untuk bermain air laut di pantai Barat.


Padahal pantai Barat ini terkenal ombaknya yang besar dan sedikit ganas dibandingkan dengan pantai Timur :D. Tapi, yang namanya main ombak tidak mengenal kata itu apalagi usia remaja yang semangat-semangatnya eksplorasi uji nyali.

Jumat, 04 Maret 2011