Total Kemacetan

Selasa, 21 Februari 2012

Serba Impor

Beberapa bulan yang lalu sempat terjadi percakapan dengan teman saya tentang hobby pemerintah mengimpor barang. Sampai untuk bumbu sekelas garam pun harus impor. Teman saya yang dengan nada berapi-api menyebutkan bahwa pemerintah melakukan hal tersebut hanya untuk mempermudah saja. Bayangkan jika harus membina para petani garam ataupun petani lainnya...pasti di butuhkan biaya yang tak sedikit. Dengan jalan impor kebutuhan langsung tersedia, pemerintah pun bisa menerima bagian pajak impor...mudah kan?

Saya menambahkan bahwa mungkin juga kultur sebagian orang Indonesia yang bangga dengan produk asing dengan menganggap produk impor kualitasnya lebih bagus dari produk lokal.

Kemudian, suatu hari saya ke pasar tradisional, belanja beberapa bumbu yang dibutuhkan. Oleh penjualnya, yang memang langganan, saya ditawari jahe impor yang bentuknya besar dan kondisinya bersih. Saya tanya impor dari mana? Dia jawab Cina. Saya langsung geleng kepala dan memilih jahe lokal yang harganya lebih mahal, bentuknya lebih kecil, dan  masih kotor oleh tanah. Tapi, penjualnya juga mengakui jahe impor tersebut kurang pedas(hangat) dibanding dengan produk lokal. Yang jelas saya pernah coba jahe impor tersebut wanginya  gak begitu greget.

Kemudian di lain waktu saya membeli celana panjang yang kebetulan sedang diskon (modis = modal diskon). Setelah ada yang cocok dan pas langsung saya bayar. Di rumah, saya iseng-iseng lihat merk dan atribut yang ada, ternyata di sana di tulis "Made in Cina  di impor oleh...bla..bla..bla"...Whatt!! Celana panjang biasa seperti ini saja harus impooor??!!!

Dilain waktu, saat jalan-jalan dengan suami melihat-lihat alat-alat rumah tangga, suami tertarik dengan kap lampu. Saat melihat label harga dan keterangan produknya saya langsung berteriak "weks...kaya gini juga harus impor dari Cina? memang orang Indonesia gak bisa bikin sendiri?"
Suami cuma bisa nyengir dan bilang "Lihat modelnya aja, bikin sendiri juga bisa, cuma harus cari bahan yang tepat".

Kesimpulannya : pasar dibanjiri produk impor, kapan kita bisa mandiri?