Total Kemacetan

Minggu, 26 Februari 2017

Benci Tak Berujung

Benci, satu kata yang tak asing tapi efeknya dahsyat. Dengan menyimpan satu kata ini dalam hati maka hancurlah semua (pake #eaa gak?). Apapun yang dilakukan seseorang jika didasari dengan kebencian hasilnya tidak akan pernah maksimal.

Ketika kita benci untuk berangkat sekolah/kuliah/kerja maka perasaan dongkol yang akan menyertai, semua yang kita lihat dan jalani akan terasa memuakkan.
Ketika kita benci dengan suatu makanan, maka saat melihat makanan tersebut rasanya ingin melemparnya dengan bom atom biar hancur berkeping-keping.

Begitu pula saat kita membenci seseorang maka apapun yang dilakukan orang tersebut rasanya seperti rongsokan walaupun itu kebaikan. Apalagi saat berpapasan, rasanya bagai duduk di atas kompor.

Seorang tetangga curhat tidak suka dengan ibu anu karena dirinya tidak di undang dalam acara hajatan padahal dia adalah mantan pejabat RT. Merasa dirinya tidak dihargai, tidak di hormati maka terjadilah gencatan senjata dan perang dingin dengan berbalas tidak saling mengundang, tidak saling menyapa, dan saling berbisik-bisik mencari dukungan. Merasa diri paling di-dholimi dan paling benar. Saat seperti itu, nasehat baik pun berasa menelan sekam.

Begitulah kalau segala sesuatu di awali benci, lebay mengalahkan ABG jaman sekarang. Logika kalah dengan perasaan bak sinetron yang kejar tayang.

Jadi pengen nyanyi
 "benci...benci ...benci...tapi rindu jua...
bila kuingat ...(eh, apalagi sih liriknya ya... #pura-pura lupa biar gak ketahuan angkatan berapa)
eh, siapa sih yang nyanyi lagu itu? #mulai minta di gampar
Asli...itu tetangga yang suka nyetel...lama-lama kan jadi hapal #eh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar