Total Kemacetan

Jumat, 13 Mei 2016

Sosmed dan Sosial Media dan Sosmed

Teringat, dulu (sekitar tahun 2000an), saat sosial media belum menjadi trend, saat sosial media belum menjadi gaya hidup, saat semua orang menggunakan handphone hanya untuk SMS atau menelepon saja. Karena untuk mengakses internet hanya ada dua pilihan, pasang internet di rumah (baik yang langganan ataupun dial up), atau pergi ke warnet.

Untuk pilihan kedua, yang saya alami, sebagai anak kost & mahasiswi pas-pasan harus benar-benar mengatur anggaran untuk ke warnet karena jika tidak, bobol biaya hidup sebulan karena saking asiknya berseluncur di dunia maya. Rata-rata aktivitas yang dilakukan di warnet cek email dan chatting. selebihnya, main game dan browsing.

Tahun-tahun selanjutnya mulailah merebak trend blog, semua orang yang hobby menulis  mengeluarkan semua uneg-uneg dan bakat terpendamnya menjadi sebuah tulisan baik itu berupa laporan, artikel, ataupun cerita pendek dimana data-datanya di peroleh dari hasil wawancara pribadi, literatur, observasi, ataupun kunjungan. Tentunya di lengkapi dengan foto dokumentasi pribadi yang diambil menggunakan kamera digital baik kamera saku ataupun SLR. Semua bisa jadi wartawan, semua bisa jadi penulis, sepertinya jargon itu yang cocok. Termasuk saya, korban trend blog. Dulu, saya menggunakan multiply untuk berbagi cerita, berbagi informasi dan sebagai aktualisasi diri atau istilah lainnya bernarsis ria. Senang, karena di sana mendapatkan teman-teman baru dan saling berkunjung di dunia maya secara berkala. Sepertinya tidak ada kejadian gara-gara edit foto terjadi percekcokan, atau saling bully membully, saling menjatuhkan, saling sepak, saling kritik tanpa mengkaji diri, dan lain-lain dan lain-lain.

Sekarang, semua orang mudah untuk mengaktualisasi diri dengan hanya bermodalkan HP pintar, tinggal jepret kemudian upload. Kesal sedikit, tinggal tulis, upload. Benci si A, tulis, upload. Senang sama si B, tulis, upload. Lagi makan dimana, jepret, upload. Berlibur di kutub utara, jepret, upload.

Dan semua orang bebas berkomentar, baik komentar pedas ataupun komentar manis sehingga munculah dua kubu seperti jaman perang dingin antara blok barat dan blok timur, lovers dan haters.
Entahlah, sepertinya masalah perbedaan di jaman sekarang sangat sensitif. Untuk menahan diri rasanya susah sekali seperti susahnya menelan permen karet. Atau jangan-jangan kesalahan ada di smartphone yang tidak memberikan jaminan kepada penggunanya untuk sepintar dirinya. Atau jangan-jangan salah programmer kenapa begitu hebat menciptakan aplikasi yang mempermudah hidup manusia sekaligus menyulitkan untuk berkomunikasi yang baik dan ramah.
Jawabannya adalah entah...di negara antah berantah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar