Total Kemacetan

Minggu, 17 Oktober 2010

Tentang Ruwetnya Jalan

Saya  terkesima dengan banyaknya kendaraan di jalan yang saya lewati, kebetulan waktu itu dibonceng suami.Saya yang gak uptodate atau memang sehari-harinya seperti ini? Iseng-iseng saya hitung motor yang melintas setelah lampu hijau menyala. Dalam satu gebrakan ada 20 motor lebih, wow! banyak sekali. Belum lagi kendaraan roda empat, ditambah truk...wah..wah..wah. Mungkin warga Bandung sekarang taraf hidupnya meningkat sehingga masing-masing keluarga minimal memiliki motor. Hmm, jangan-jangan bukan satu buah, tapi masing-masing anak punya, soalnya kawan saya seperti itu...benar-benar fantastis!

Terlepas dengan kekaguman saya melihat banyaknya kendaraan yang kadang berubah menjadi rasa ngeri karena cara mengendarai kendaraan bermotornya yang menakjubkan, teringat cerita adik saya yang pernah tinggal di negara Jepang. Orang kaya disana, untuk bepergian masih menggunakan sepeda (tentunya untuk jarak dekat, kalau jauh keburu tepar mungkin), untuk jarak jauh mereka terbiasa menggunakan angkutan umum yaitu kereta (maaf, katanya tidak ada angkot disana) tentunya mereka (orang Jepang) sangat disiplin terhadap waktu, sehingga tidak ada kereta yang jadwalnya molor.

Membicarakan tentang angkutan umum, kemarin waktu berkunjung ke pasar seni ITB, sejumlah mahasiswa dari Teknik Lingkungan Hidup membuat kampanye mengurangi sampah dan CO2 (yang salah satu sumbernya berasal dari kendaraan bermotor), dengan menggunakan maket. Lha, hubungan angkutan umum dengan kampanye? hubungannya masih baik-baik saja :D. Intinya begini dengan adanya transportasi terpadu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka pencemaran udara dapat dikurangi. Terus tansportasi yang seperti apa? Bukankah sekarang sudah banyak angkot, bus, kereta dan pesawat pun ada. Pertanyaannya, apakah sudah memadai?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar