Membaca status teman yang mengutuk pengrusakan hutan di Baduy hari ini membuat saya menarik nafas dalam.
Seperti kita ketahui masalah pengrusakan hutan sepertinya hal yang sudah biasa didengar dan dilihat. Beritanya santer di koran ataupun televisi, tapi anehnya yang merusak hutan tidak berkurang.
Di sekolah-sekolah, ditempat kuliah, di organisasi-organisasi pecinta alam, sepertinya selalu di gembor-gemborkan manfaat hutan dan kerugiannya jika rusak. Tapi, itu hanya wacana, hutan terus mengikis.
Sedikit bercerita,
Waktu saya masih SD, Kakek bercerita, dulu gunung Cikaledong (di garut) gundul dan sering terjadi longsor. Kakek yang tinggal di kaki gunung tersebut pasti kena getahnya. Akhirnya, Kakek menggerakkan penduduk untuk menghijaukan gunung tersebut. Tiap hari kakek ke gunung sekedar menanami pepohonan, yang saya ingat kakek menanam pohon jati,mahoni, dan bambu. Akhirnya, gunung tersebut hijau.
Sekarang, setelah saya dewasa dan Kakek sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu ...Gunung Cikaledong ...sekarang...gundul...
Saya hanya bisa berkaca-kaca, perjuangan kakek saya dan masyarakat waktu itu dibayar dengan menebang. Ya...saya tidak bisa berbuat apa-apa selain menulis di blog, menceritakan yang terjadi.
Bagaimana dengan suku Baduy yang terkenal sangat menghormati alam, tidak menggunakan bahan-bahan kimia, anti teknologi, kemudian tiba-tiba hutan yang mereka hormati dan mereka rawat dihancurkan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar